Mutu pendidikan merupakan masalah pokok yang akan menjamin perkembangan sekolah dalam meraih status di tengah-tengah persaingan dunia pendidikan yang kian keras.Beberapa sumber mutu dalam pendidikan misalnya sarana gedung yang bagus, guru yang terkemuka, nilai moral yang tinggi, hasil ujian yang memuaskan, spesialiasi atau kejuruan, dorongan orang tua, bisnis dan komunitas lokal, sumber daya yang melimpah, aplikasi teknologi mutakhir, kepemimpinan yang baik dan efektif, perhatian terhadap pelajar dan anak didik, kurikulum yang memadai, atau juga kombinasi dari faktor-faktor tersebut. Sebagian besar rahasia mutu berakar dari mendengar dan merespon secara simpatik terhadap kebutuhan dan keinginan para pelanggan atau klien.
The Citizen’s Charter, The Parents’s Charter, Investors in People, The European Quality Award, British Standard BS5750, dan International Standard ISO 9000, merupakan bagian dari penghargaan dan standar mutu yang telah diperkenalkan beberapa tahun belakangan untuk mempromosikan mutu dan keunggulannya. Mutu dalam konteks TQM merupakan sebuah filosofi dan metodologi yang membantu institusi untuk merencanakan perubahan dan mengatur agenda dalam menghadapi tekanan-tekanan eksternal yang berlebihan. Saat ini, kesadaran baru terhadap mutu mulai merambah dunia pendidikan, dimana ada beberapa pihak yang percaya bahwa TQM dapat diaplikasikan dalam pendidikan.
Gagasan tentang jaminan mutu dan mutu terpadu mulai dikembangkan tahun 1930-an dan 1940-an oleh W. Edwards Deming dengan penelitiannya tentang metode-metode menghilangkan variabilitas dan pemborosan dari proses industri. Bersama Walter Shewhart, Deming mengembangkan metode statistik, sekarang dikenal sebagai Statistical Process Control (SPC), yang dikombinasikan dengan wawasan hubungan gerakan relasi manusia oleh Elton Mayo, ini merupakan penyokong teori TQM. Gerakan mutu terpadu (total quality) terus berkembang di dunia bisnis baik di Jepang, Amerika, dan Eropa. Sedangkan gerakan mutu terpadu dalam pendidikan tergolong baru. Gagasan ini dikembangkan lebih dahulu di Amerika dan kemudian di Inggris. Meskipun ada masalah keengganan tradisional untuk menerapkan metodologi dan bahasa manajemen industri, tetapi diyakini bahwa layanan mutu merupakan isu kunci bagi seluruh sektor pendidikan pada masa dekade mendatang.
Setiap orang setuju terhadap upaya peningkatan mutu pendidikan tetapi ada masalah kurangnya kesamaan makna tentang mutu sehingga diperlukan pemahaman yang jelas terhadap variasi makna mutu agar mutu tidak hanya menjadi slogan belaka. Mutu didiskusikan lebih lanjut sebagai berikut :
1. Mutu sebagai sebuah konsep yang absolut
Sebagai suatu konsep yang absolut, mutu sama halnya dengan sifat baik, cantik, benar, suatu idealisme yang tidak dapat dikompromikan, standar yang sangat tinggi dan tidak dapat diungguli. Jika dikaitkan dengan konteks pendidikan, konsep mutu sedemikian adalah elit karena hanya sedikit institusi yang bisa memberikan pengalaman pendidikan dengan mutu tinggi.
2. Konsep relatif tentang mutu
Pengertian ini digunakan dalam TQM dimana mutu dipandang sebagai sesuatu yang dianggap berasal dari produk atau layanan. Tidak harus mahal dan eksklusif, asalkan sudah mengerjakan apa yang seharusnya dikerjakan dan juga diinginkan pelanggan. Aspek definisi relatif tentang mutu adalah menyesuaikan diri dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dan memenuhi kebutuhan pelanggan.
3. Definisi mutu menurut pelanggan
Organisasi yang menganut konsep TQM melihat mutu sebagai sesuatu yang didefinisikan oleh pelanggan mereka. Mutu didefinisikan sebagai sesuatu yang memuaskan dan melampaui keinginan dan kebutuhan pelanggan dan pelanggan berperan penting dalam menentukan mutu.
Selain definisi tentang mutu, perlu juga dipahami perbedaan mendasar antara kontrol mutu (quality control), jaminan mutu (quality assurance), dan mutu terpadu (total quality). Kontrol mutu merupakan sebuah proses pasca-produksi yang melacak dan menolak item-item yang cacat dengan menggunakan metode inspeksi dan pemeriksaan. Ini sudah digunakan dalam pendidikan untuk memeriksa apakah standar-standar telah dipenuhi atau belum. Jaminan mutu bertujuan mencegah terjadi kesalahan sejak awal proses produksi untuk menciptakan produk tanpa cacat (zero deffect) dan selalu baik sejak awal (right first time every time). Sedangkan mutu terpadu adalah tentang usaha menciptakan sebuah kultur mutu yang disesuaikan dengan perubahan harapan dan gaya pelanggan.
Dalam pendidikan sering dikatakan bahwa pendidikan seolah-olah merupakan sebuah jalur produksi dan pelajar adalah produknya. Namun, ide ini menghilangkan kompleksitas proses belajar dan keunikan setiap individu pelajar. Oleh karena itu, ada baiknya pendidikan dilihat sebagai sebuah jasa atau layanan sehingga yang muncul adalah karakteristik sikap dan mutu jasa. Perbedaan jasa dan produk adalah bahwa jasa meliputi hubungan langsung antara pemberi dan pengguna jasa, harus diberikan tepat waktu, tidak dapat diperbaiki, selalu berhadapan dengan ketidakpastian, biasanya diberikan secara langsung kepada pelanggan oleh pekerja yunior, dan ada kesulitan mengukur tingkat keberhasilan dan produktivitasnya.
Istilah ‘pelanggan’ jika diaplikasikan dalam pendidikan, terpisahkan ke dalam beberapa jenis. ‘Pelanggan utama’ yaitu pelajar yang secara langsung menerima jasa, ‘pelanggan kedua’ adalah orang tua, gubernur, atau sponsor pelajar yang memiliki kepentingan langsung, dan ‘pelanggan ketiga’ yaitu pihak yang memiliki peran penting meskipun tak langsung, seperti pemerintah dan masyarakat secara keseluruhan. Masing-masing pelanggan memiliki kebutuhan yang bervariasi, dan TQM ingin memastikan bahwa proses intitusi harus menempatkan sudut pandang pelajar sebagai pusat dari setiap proses perencanaan strategis.
2.Manajemen Mutu dalam Dunia Pendidikan
1. Konsep Dasar Manajemen Mutu
Istilah manajemen memiliki banyak arti, tergantung orang yangmengartikannya. Menurut Moefti Wiriadihardja (1987: 30), manajemenadalah mengarahkan/memimpin sesuatu daya usaha melalui perencanaan,pengorganisasian, pengkordinasian dan pengendalian sumber daya manusia dan bahan ditujukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukansebelumnya. Sedang Syafaruddin (2005: 42) mendefinisikan manajemensebagai suatu proses pengaturan dan pemanfaatan sumber daya yangdimiliki organisasi melalui kerjasama para anggota untuk mencapai tujuanorganisasi secara efektif dan efisien. Dari dua pengertian di atas, dapatdipahami bahwa manajemen merupakan tindakan-tindakan yangdilakukan oleh sekelompok orang dalam sebuah organisasi dalam rangkamencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.Sedangkan mutu, secara essensial digunakan untuk menujukkankepada suatu ukuran penilaian atau penghargaan yang diberikan ataudikenakan kepada barang (product) dan/atau jasa (service) tertentuberdasarkan pertimbangan obyektif atas bobot dan/atau kinerjanya (AanKomariah dan Cepi Triatna, 2005:9). Jasa/pelayanan atau produk tersebutdikatakan bermutu apabila minimal menyamai bahkan melebihi harapanpelanggan. Dengan demikian, mutu suatu jasa maupun barang selaluberorientasi pada kepuasaan pelanggan. Apabila kata mutu digabungkandengan kata pendidikan, berarti menunjuk kepada kualitas product yang dihasilkan lembaga pendidikan atau sekolah. Yaitu dapat diidentifikasidari banyaknya siswa yang memiliki prestasi, baik prestasi akademik maupun yang lain, serta lulusannya relevan dengan tujuan (Aan Komariahdan Cepi Tiratna, 2005: 8)Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemenmutu adalah suatu cara dalam mengelola suatu organisasi yang bersifatkomprehensif dan terintegrasi yang diarahkan dalam rangka memenuhikebutuhan pelanggan secara konsisten dan mencapai peningkatan secaraterus menerus dalam setiap aspek aktivitas organisasi.Sasaran yang dituju dari manajemen mutu adalah meningkatkanmutu pekerjaan, memperbaiki prodiktivitas dan efisiensi melalui perbaikankinerja dan peningkatan mutu kerja agar menghasilkan produk yangmemuaskan atau memenuhi kebutuhan pelanggan. Jadi, manajemen mutubukanlah seperangkat peraturan dan ketentuan yang kaku yang harus diikuti, melainkan seperangkat prosedur proses untuk memperbaiki kinerjadan meningkatkan mutu kerja (Mohammad Ali, 2007: 344).Dalam manajemen produksi, ada suatu mekanisme penjaminanagar produk yang dihasilkan dapat memenuhi standar mutu. Untuk itupengendalian mutu harus dilakukan sejak awal perencanaan. Apabilapengendalian mutu dilakukan setelah produk dihasilkan bisa menghadapiresiko terjadinya sejumlah produk yang tidak sesuai dengan standar yangdiharapkan. Dalam paradigma demikian, tujuan utama manajemen mutuadalah untuk mencegah dan mengurangi resiko terjadinya kesalahan dalamproses produksi, dengan cara mengusahakan agar setiap langkah yangdilaksankan selama proses produksi dapat berjalan sebaik-baiknya sesuaistandar. Dengan demikian, dalam manajemen mutu bukan sekedarberupaya agar produk yang dihasilkan memenuhi standar mutu, tetapilebih difokuskan pada bagaimana proses produksi bisa terlaksana denganbaik, sesuai dengan prosedur yang seharusnya dilakukan. Dengan prosesproduksi yang baik, tentu akan dapat menghasilkan produk yang baik pula.
2. Manajemen Mutu Pendidikan
Pendidikan yang bermutu dan berkualitas merupakan harapan dandambaan bagi setiap warga negara ini. Masyarakat, baik yang terorganisirdalam suatu lembaga pendidikan, maupun orang tua/wali murid, sangatberharap agar murid dan anak-anak mereka mendapatkan pendidikan yangbermutu agar kelak dapat bersaing dalam menjalani kehidupan. Untuk menjawab harapan masyarakat tersebut, setiap lembaga pendidikanhendaknya selalu berupaya agar pendidikan yang dikelolanya dapatmenghasilkan produk yang berkualitas, yaitu produk yang dapatmemuaskan para pelanggan.Praktek penyelenggaraan pendidikan dapat dikiyaskan denganproses produksi dalam sebuah perusahaan (industri). Hanya saja, produk yang dihasilkan lembaga pendidikan dalam bentuk jasa. Oleh karena itulembaga pendidikan dapat dikatakan sebagai perusahaan jasa.
3.Total Quality Management dalam Konteks Pendidikan
Kata “Total” pada TQM menegaskan bahwa setiap orang dalam organisasi harus terlibat dalam upaya melakukan peningkatan secara terus-menerus hingga tujuan organisasi dicapai dan dengan melibatkan segenap komponen dalam organisasi. Kata ‘Management’ berlaku bagi setiap orang karena setiap orang adalah manajer bagi tanggung jawabnya masing-masing. Dalam kultur TQM, peran manajemen senior dan menengah adalah memberi dukungan dan wewenang pada para staf dan pelajar dengan tidak mengurangi peran kepemimpinan manajer senior.
TQM fokus pada aktivitas utama pendidikan yaitu pembelajaran. Institusi pendidikan yang menggunakan prosedur mutu terpadu harus menangkap secara serius isu-isu tentang gaya dan kebutuhan pembelajaran untuk menciptakan strategi individualisasi dan diferensiasi dalam pembelajaran. Institusi harus memberikan beberapa model pengajaran dan pembelajaran terhadap para pelajar. Kemudian, pengawasan detail harus dilakukan untuk memastikan bahwa semua sudah berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Dan pada akhirnya, penciptaan rangkaian umpan-balik yang terus-menerus merupakan elemen penting dalam proses jaminan mutu.
Untuk mengembangkan kultur mutu, diperlukan waktu dan kerja keras. TQM membutuhkan mental juara yang mampu menghadapi tantangan dan perubahan. Kekhawatiran manajer senior dalam mengadopsi metode dan pendekatan yang baru adalah kendala utama terwujudnya TQM, ditambah lagi ketakutan mendelegasikan bawahannya. Staf yang terlalu khawatir salah terhadap konsekuensi pemberdayaan dan volume tekanan eksternal juga bisa menghalangi penerapan TQM dengan mekanisme retensi yang sangat kuat.
Sebab-sebab umum rendahnya mutu pendidikan bisa disebabkan oleh beberapa sumber yang mencakup desain kurikulum yang lemah, bangunan yang tidak memenuhi syarat, lingkungan kerja yang buruk, sistem dan prosedur yang tidak sesuai, jadwal kerja yang serampangan, sumber daya yang kurang, dan pengembangan staf yang tidak memadai. Sedangkan sebab-sebab khusus kegagalan mutu sering diakibatkan oleh prosedur dan aturan yang tidak diikuti atau ditaati, meskipun itu mungkin juga akibat kegagalan komunikasi atau kesalahpahaman. Mengetahui sebab kegagalan mutu dan memperbaikinya adalah tugas kunci seorang manajer, sehingga tidak ada lagi individu yang dipersalahkan sementara kesalahan sehjati ada pada kebijakan dan sistem. Untuk itu, dikembangkan pendekatan Manajemen Mutu Strategis (Strategic Quality Management) yang membagi manajemen menjadi tiga bagian. Manajer senior seperti Dewan Rektor harus menemukan dan menyusun visi, prioritas, dan kebijakan universitas. Manajer menengah seperti para Dekan bertanggung jawab terhadap jaminan mutu dengan melibatkan diri dalam koordinasi informasi dalam tim penyusun mata pelajaran dan secara sistematis memeriksa efektifitasnya serta menyampaikan hasil pemeriksaan tersebut kepada tim penyusun dan manajer senior. Staf seperti para guru melakukan kontrol mutu yang mendesain karakteristik dan standar program studi sehingga dapat memenuhi kebutuhan para pelajar.
Mengaplikasikan konsep tanpa cacat pada industri layanan jauh lebih sulit dibandingkan pada industri produk karena peluang terjadinyahuman error sangat besar. Meskipun demikian, tanpa cacat adalah tujuan industri layanan yang sangat penting dan ide ini harus memiliki gaung dalam pendidikan. Untuk meraih mutu, ada 14 langkah menurut Philip Crosby, yaitu :
1. Komitmen Manajemen (Management Commitment)
2. Membangun Tim Peningkatan Mutu (Quality Improvement Team)
3. Pengukuran Mutu (Quality Measurement)
4. Mengukur Biaya Mutu (The Cost of Quality)
5. Membangun Kesadaran Mutu (Quality Awareness)
6. Kegiatan Perbaikan (Corrective Actions)
7. Perencanaan Tanpa Cacat (Zero Defects Planning)
8. Pelatihan Pengawas (Supervisor Training)
9. Penyelenggaraan Hari Tanpa Cacat (Zero Defects Day)
10. Penyusunan Tujuan (Goal Setting)
11. Penghapusan Sebab Kesalahan (Error-Cause Removal)
12. Pengakuan (Recognition)
13. Mendirikan Dewan-dewan Mutu (Quality Councils)
14. Lakukan Lagi (Do It Over Again).