Ya foto ini diambil di Jogja bukan di Bali atau di Thailand tepatnya di seputaran Monjali depan sebuah bengkel variasi, mungkin dia mau ngevariasiin ntu mobel…etz, tapi kug platnya W yak,,alias plat sidoarjo,,hwehehhe,
maka,timbul perspektif ,bahwa yang mengotori kota jogja itu bukan penduduk lokal ,tapi pendatang..dan indah kota Jogja juga karna adanya pendatang,,seperti kita ketahui mahasiswa yang ada di Jogja sebagian besar pendatang, pedagang yang ada di sepanjang Malioboro dan sekitarnya meraka rata2 pendatang,,kemudian PSK yang ada di pasar kembang itupun pendatang,,Upz,,tp katanya se,,hahahahah,Sampai-sampai ada sebuah lontaran pedas ,bahwa jogja bukan kota pelajar tp pelacur,,,astaghfirulloh.
Oleh karna itu.. apakah anak, sodara, kakak, adik anda kuliah di Jogja? kalo iya sepertinya kita harus ekstra waspadaa..Karna lingkungan sangat mempengaruhi tingkat kenakalan remaja,,
sebenarnya kalau menurut saya sih bukan valid tidaknya hasil penelitian terdahulu itu yang katanya 97,05% mahasiswa Jogja kehilangan keperawanan? bikin geger mbelek di kalangan para petinggi Jogja dan juga akademisi bahkan para mahasiswa Jogja yang merasa masih perawan. Yang lebih penting dari pengungkapan hasil penelitian ini adalah ada realitas bahwa budaya mahasiswa di Jogja sudah bergeser meninggalkan nilai-nilai kultural yang selama kita anut. dan anutan nilai kultural inipun tergantung dari masyarakat yang akan menganut nilai kultural mana/apa dan dicomot dari dunia sebelah mana, sah-sah saja dan bebas-bebas aja menurut hukum yang berlaku di Indonesia karena kita negara Sekuler yang tidak mengatur kehidupan keagamaan masyarakatnya.
Budaya Jogja sedang mengalami pergeseran apabila tidak mau disebut dekadensi. dari budaya yang selama ini kita anut dan kita kenal ke budaya yang lainnya yang datang seiring banjir informasi yang sekarang melanda masyarakat indonesia. Tanpa kedewasaan berpikir maka apa yang terjadi yang dibanjirkan oleh informasi itu kita telan mentah-mentah tanpa dikunyah [padahal masyarakat kita tuh kebanyakan suka yang instan, informasi yang diambil juga instan gak ditelaah dulu baik-buruknya bagi dirinya]
Menurut pengalaman saya yang pernah ,bukan pernah lagi sih,tp memang saat ini sedang ngontrak atau kos. memang kehidupan di Kos sangatlah bebas, bebas sebebas-bebasnya seperti merpati keluar dari sangkarnya lah pokoknya [apalagi yang merasa rumah adalah penjaranya]. Bahkan mahasiswa/i yang saya pikir tak mungkin melakukan hal-hal yang aneh-aneh dilihat dari latar belakang keluarga dan lingkungan tempat dia berasal ternyata sama saja dan sami mawon. tidak perduli dia berjilbab atau tidak, kuliah di universitas keagamaan atau tidak. tempat untuk melakukan hal-hal aneh bisa dimana saja. kalau di tempat kos dilarang oleh ibu kos mereka akan meminjam kos teman dengan sedikit traktiran. atau lari ke losmen yang tarifnya lumayan murah..
budaya hedonis ini di jogja sudah sedemikian terang benderang, lihat di sepanjang jalan banyak sekali bertebaran spanduk, baliho, pamflet yang menawarkan hiburan dengan embel-embel erotik, seksi dancer dan disponsori pula oleh minuman2 beralkohol. semua jelas ditulis di spanduk2 itu,
mungkin anda mengetahui Boshe VIP,liquid,Hugos yang jelas-jelas di dalamnya terjadi perputaran uang panas,baik miras,wanita,bahkan narkoba,, Yang saya heran,, Dimanakah peran petugas keamanan??? dengan bebasnya spanduk di pajang di pinggir jalan,,
Gaya hidup mahasiswa di Jogja dewasa ini sungguh sangat memprihatinkan . Ayo wong Jogja jangan adem ayem saja melihat kenyataan ini. Jangan sampai tulisan besar-besar di bokong mobil diatas itu mengotori budaya adiluhung jogja,Meski saya bukan orang jogja tapi setidaknya saya kan salah satu pelajar jogja, so,gak ada salahnya mengingatkan selagi saya bisa,,bener gak,?