Rupanya Jokowi sedang menjadi bintang yang paling bersinar di tengah-tengah kegelapan perpolitikan di Indonesia. Bangsa yang begini besar dengan jumlah penduduk hampir seperempat milyar manusia dan menempati kedudukan nomor empat terbesar di dunia, setelah Cina, Inda dan Amerika Serikat, namun mencari tokoh atau pemimpin nasional yang bersih, jujur, adil, sederhana, dekat dengan rakyat seperti mencari jarum di tumpukan jerami( lagian ngapain nyari jarum di tumpukan jerami, jerami kan di sawah, masa mencari jarum di sawah?) atau seperti mencari pentil mobil di padang pasir( ini juga apaan? Nyari pentil sih di Padang Pasir! Nyari pentil ya di tukang tambal ban!)
Kembali ke Jokowi, Jokowi yang sederhana, blusukan, dekat dengan rakyat mestinya wajar dan biasa saja, tapi karena selama ini pejabat atau pemimpin yang diberitakan adalah keburukan-keburukannya di berbagai lembaga, maka yang ada atau terbaca, ya buruk semuanya. Maka ketika Jokowi muncul dengan gaya yang apa adanya, sederhana, tak neko-neko, blusukan, mendekat rakyat, tegas dan lain sebagainya, yang memang seharusnya dimiliki olah seorang pemimpin, jadi sesuatu yang istimewa, padahal itu biasa saja!
Jadilah Jokowi seperti bintang yang paling bersinar diantara bintang-binta lainnnya, diantaranya ada Dahlan Iskan, JK, Mahfud MD, Abraham Samad, Anis Baswedan, Bu Risma, Ridwan Kamil, Aher dan lain sebagainya. Jadi stok pemimpin yang menonjol di tingkat nasional sebenarnya banyak, tapi karena , sekali lagi, yang muncul atau diberitakan para koruptor-koruptor yang terus menerus di berbagai lembaga tinggi negara, di Departemen, di Provinsi, di Kabupaten dan lain sebagainya, maka jadilah Indonesia seperti "sarang koruptor".
Nah di saat situasi seperti itulah Jokowi muncul atau dimunculkan! Dan lebih heboh lagi setelah Jokowi benar-benar siap menjadi capres 2014, jadilah Jokowi sasaran tembak dan bahkan dijadikan musuh bersama. Hal ini sudah Saya tulis sebelumnya dan sudah banyak ditulis oleh rekan-rekan lainnya.
Pendeklarasian Jokowi menjadi capres pada tanggal 14 Maret 2014 lalu memang disengaja, tentu saja untuk mendongkrak suara PDIP, padahal pemilih sekarang cerdas. Kebanyakan bukan karena partainya, tapi sang tokoh. Jadi jangan heran, bila yang dicoblos bukan partainya tempat Jokowi berkiprah, karena, sekali lagi, kebanyakan terpikat karena Jokowinya, bukan partainya. Dan itu haknya para pemilih, tak bisa diganggugugat oleh siapapun.
Jokowi sebagai bintang yang bersinar telah dilirik banyak orang, dan mulailah para tokoh yang berpikir realistis menyodrkan diri ke Jokowi! Kebanyak siap menjadi orang nomor dua, atau menjadi wacapres dari Jokowi, karena sadar betul tak akan menang bertarung dengan Jokowi. Lalu yang berani bertarung dengan Jokowi dan sudah sejak lama mencapreskan diri, tak ada senjata lain, kecuali mencari celah-celah atau kekurangan Jokowi untuk dijadikan "peluru" yang digunakan untuk "menembak" Jokowi!
Jadilah Jokowi semacam "sasaran tembak" yang empuk! Maka muncullah berbagai macam serangan yang boleh dibilang membabibuta, hajar terus bleh! Mungkin begitu kata anak sekarang, terlepas apakah itu kampanye hitam atau serangan yang menghujam, Jokowi tetap tersenyum. Jokowi tak meladeni, terutama dari si jubirnya PD! Yang kalau orang bilang" si ember rombeng", "ember bolong" yang suaranya bila dipukul, nyaringnya bukan main, dan memang begitu gayanya, sampai-sampai rekan separtainya pun"gatel" mendengar suaranya, sehinga meminta si jubir tadi agar lebih sopan, namun bukannya terima kasih dinasehati seorang sahabat, eh malah nyolot!
Kita kembali ke Jokowi, lalu siapa sih yang setress Jokowi menjadi capres? Jokowi maju capres banyak yang "kebakaran jenggot", ya maklum saja, karena Jokowi diibaratkan dalam politik" anak bawang" atau masih" anak kemarin sore" yang kata orang masih belum banyak pengalamannnya. Dan memang unik Jokowi ini, seorang Wali Kota, jadi Gubernur dan sekarang"lompat" langsung ke capres, luar biasa. Jarang ada kasus yang demikian, tapi itu sudah menjadi fakta sekarang ini.
Jokowi menjadi capres telah membuat beberapa tokoh atau kelompok stress, siapa mereka?
1. Para cara capres yang sudah ngebet bertahun-tahun ingin menjadi RI1, sampai-sampai bertahun sebelum adanya pemilu sudah mencapreskan diri dari partainya masing-masing. Padahal Pileg saja belum, pendaftaranpun belum, bahkan Pemilu itu sendiri saja baru dalam coret-coretan, tapi karena ambisi yang begitu tinggi atau sahwat kekuasaan begitu kuat dan kebetulan SBY tak bisa lagi mencapreskan diri, jadilah mereka tak malu-malu lagi memperlihatkan ambisinya.
2. Partai-partai yang sudah mengeluarkan dana begitu banyak, jauh sebelum hingar bingarnya pemilu! Dan dana yang sudah dikeluarkan tentunya dihitung dan mau tak mau, akan mengalami kerugian besar, bila tak jadi capres. Nah dengan munculnya Jokowi, menjadi "halangan" untuk memperlancar jalannya capres capres tersebut. Bisa-bisa dana yang dikeluarkan akan semakin besar, tentu saja menjadi pusing "tujuh keliling".
3. Dinasti politik tak bisa terwujud dengan munculnya Jokowi. Para tokoh yang ingin mewariskan kekuasaan atau jabatannya pada orang-orang dari garis keturunannya "terpaksa" harus berpikir ulang dengan munculnya Jokowi menjadi capres. Bukan hanya itu, merekapun dibuat "panas dingin" dengan kemunculan Jokowi. Kalau menghadapi capres yang lain, mungkin mereka masih yakin bisa mengalahkan, tapi melawan Jokowi, siapa bisa? Berani sih berani, tapi kemungkinan menangnya kecil.
4. Pejabat-pejabat yang "nakal". Ini jelas akan stress berat bila Jokowi benar-benar jadi Presiden, mengapa? Ya karena ketegasan Jokowi yang tak pandang bulu, Jokowi memang diam, tapi ketika bawahannya tak bisa diperbaiki dan tak mau memperbaiki diri, maka langsung"ditendang" dan memang sudah banyak "korban", baik ketika Jokowi menjadi Wali Kota Solo, maupun saat ini, ketika menjadi Gubernur, banyak pejabat "nakal" yang dipecat langsung oleh Jokowi! Dengan demikian ketika Jokowi mencapreskan diri, mereka, pejabat yang nakal, sudah ancang-ancang, tobat atau siap "ditendang" Jokowi.
5. "Tikus-tikus" negara. Ini yang paling stress. Ketika Jokowi jadi Gubernur saja, Jokowi sudah melakukan kerjasama yang kuat dengan KPK dan BPK, agar Jokowi minta dikontrol! Nah jika Jokowi menjadi Presiden bisa jadi kerjasama tersebut akan dilanjutkan dan dipertegas isinya dan KPK akan diberikan dukungan yang kuat oleh Jokowi. Dengan demikian " tikus-tikus" negara dari berbagai lembaga atau instansi mulai "kepanasan" mulai "kalang kabut" dan jangan-jangan sudah mengatur berbagai macam strategi agar Jokowi kalah dan tak jadi Presiden.
Itulah lima kelompok yang sedang stress ketika Jokowi mendeklarasikan diri menjadi capres. Dan Anda bisa menambahkannya dengan kelompok lainnya. Nah akankah Jokowi menang dalam Pilpres nanti, itu lain lagi ceritanya. Loh Pileg aja belum, karena bagaimanapun pencapresan Jokowi masih melihat hasil dari Pileg nanti. Namun terlepas dari itu semua, pemilu sekarang ini asik untuk diamati, karena sampai menjelang minus "H" satupun sukar ditebak, siapa pemenangnya. Beda dengan di jaman Orba, pemilunya belum berlangsung, pemenangnya sudah diketahui, 4L"lu lagi, lu lagi!"
sumber :http://m.kompasiana.com/post/read/640728/3/inilah-5-kelompok-yang-stress-jokowi-capres.html