Dalam kehidupan sehari-hari
seringkali kita mendengar orang membicarakan tentang kualitas/mutu,
misalnya mutu produk atau jasa yang dierikan oleh suatu perusahaan.
Makna mutu sendiri memiliki banyak kriteria yang terus beruah sehingga
orang yang berbeda akan menilai dengan kriteria yang berlainan pula.
Dalam
lingkungan pendidikan tinggi, yang dimaksud dengan penjaminan mutu
adalah pelayanan jasa yang diberikan oleh perguruna tinggi terhadap
stakeholder, yang terdiri dari mahasiswa, alumni, pengguna lulusan/dunia
industri, dan orang tua mahasiswa.1
Pertanyaan mengenai apakah
jasa tersebut memenuhi atau bahkan melebhi harapan stakeholder? Adalah
merupakan aspek penting dalam mutu. Konsep mutu itu sendiri sering
dianggap sebagai ukuran relatif kebaikan suatu jasa yang terdiri yang
terdiri atas mutu desain dan mutu kesesuaian. Mutu desain merupakan
fungsi spesifikasi jasa, sedangkan mutu kesesuaian adalah
1 Rinda Hadwig, 2006, Model Sistem Penjaminan Mutu dan Proses Penerapannya di Perguruan Tinggi, Yogyakarta: Graha Ilmu,
suatu ukuran seberapa jauh suatu jasa memenuhi persyaratan atau spesifikasi mutu yang ditetapkan.2
Meskipun tidak ada definisi mutu yang dapat diterima secara umum, tetapi mngkin semuanya memiliki kesamaan, yaitu:
a. Mutu meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan ( dalam hal ini stakeholder)
b. Mutu mencakup produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan;
c.
Mutu merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya sesuatu dianggap
bermutu saat ini mungkin akan dianggap kurang bermutu pada masa
mendatang
Pendapat lain berkaitan dengan beberapa istilah dalam
Penjaminan Mutu Pendidikan sebagaimana dikemukakan Mutu (quality) adalah
memenuhi atau melebihi keinginan pelanggan dan stakeholders secara
konsisten. Mutu adalah kesesuaian fungsi dengan tujuan, kesesuaian
dengan spesifikasi dan standar yang ditentukan/berlaku, sesuai dengan
kegunaannya, produk yang memuaskan pelanggan, sifat dan karakteristik
produk atau jasa yang memenuhi kebutuhan / harapan pelanggan (ISO 9000)
Penjaminan
Mutu (Quality assurance) adalah proses penetapan dan pemenuhan standar
mutu pengelolaan secara konsisten dan berkelanjutan sehingga
stakeholders memperoleh kepuasan. Quality management system (sistem
manajemen mutu) adalah suatu sistem manajemen untuk mengarahkan dan
mengendalikan suatu organisasi/institusi dalam penetapan kebijakan,
sasaran, rencana dan proses/prosedur mutu serta pencapaiannya secara
berkelanjutan (continous improvement). Sistem manajemen mutu adalah
suatu sistem manajemen yang menjamin kesesuaian antara proses
dengan output yang dihasilkan yang akan memberikan kepuasan stakeholders.
Beberapa
konsep penting dalam penjaminan mutu adalah biaya mutu, pengendalian
mutu terpadu, dan zero defect. Biaya untuk mencapai tingkat mutu
tertentu dapat dibagi menjadi biaya yang dapat dihindari dan biaya yang
tidak dapat dihindari.
Biaya yang tidak dapat dihindari dikaitkan
dengan monitoring-evaluasi dan pengendalian mutu yang dirancang untuk
mencegah terjadinya ketidaksesuaian. Biaya yang dapat dihindari adalah
jam kerja yang dipergunakan untuk pengerjaan ulang dan perbaikan
terhadap ketidaksesuaian, pemrosesan keluhan, dan kerugian finansial
akibat stakeholder yang kecewa.
Pengendalian harus dimulai dari
tahap perancangan kurikulum untuk pendidikan tinggi sera berakhir ketika
mahasiswa lulus dari perguruan tinggi dan mereka merasa puas. Di
beberapa perguruan tinggi pengendalian ini bahkan masih dilakukan sampai
mahasiswa bekerja pada industri terentu dengan melakukan evaluasi
terhadap kepuasan pengguna lulusan.
Prinsip utama penjaminan mutu
ialah ”mutu adalah tugas setiap orang” artinya dengan menjalankan
pekerjaannya sesuai dengan mutu yang distandarkan maka hasilnya secara
otomatis akan dijaminkan mutunya. Misal jika dosen mengajar sesuai
dengan kurikulum yang disepakati dan jumlah pertemuannya sesuai dengan
yang distandarkan maka pengetahuan sema mahasiswa dari beberapa kelas
yang setingkat akan sama walaupun pemahaman akan berbeda dari satu
mahasiswa ke mahasiswa lainnya. Sistem mutu yang diberlakukan saat ini
termasuk pengembangan kurikulum, seleksi dosen berdasarkan kompetensi,
dan pelayanan kepada stakeholder.
Kosep zero defect
lebih ditekankan pada harapan manajemen dan hubungan antarpribadi.
Tujuan utamanya adalah mengharapkan kesempurnaan pada saat pertama
diberikan analisis difokuskan pada identifikasi masalah terhadap sumber
dengan perhatian khusus mengoreksi penyebab umum kesalahan karyawan
instansi seperti kurangnya pengetahuan, fasilitas yang memadai,
perhatian, kesadaran dan motivasi karyawan.3
Menurut konsep zero
defect, kesalahan karyawan yang disebabkna oleh kurangnya pengetahuan
dapat diatasi dengan memberikan teknik pelatihan modern. Kesalahan
karena kurangnya fasilitas yang memadai dapat diatasi dengan survei
secara periodik. Sedangkan kesalahan yang disebabkan oleh kurangnya
perhatian merupakan kesalahan yang paling sulit dideteksi. Yang
terpenting dalam menjalankan pengendalian mutu adalah komitmen tinggi
dari pimpinan dan dari setiap individu yang terlibat dalam penjaminan
mutu.
Penjaminan mutu di perguruan tinggi maupun di sekolah
tingkat menengah pertama dan atas sebenarnya bukan merupakan hal baru.
Operasional telah dilakukan oleh lebaga pendidikan tersebut selama ini
sudah merupakan penjaminan mutu. Namun demikian, untuk meyakinkan bahwa
penjaminan mtu telah dilakukan secara benar maka diperlukan bukti,
sehingga konsistensi penjaminan mutu terjaga.
Berangkat dari
pengertian mutu tersebut secara umum dapat dikemukakan bahwa yang
dimaksud dengan penjaminan mutu adalah perencanaan, penerapan,
pengendalian dan pengembangan standar mutu lembaga pendidikan baik
menengah maupun perguruan tinggi secara konsisten dan berkelanjutan
(continous improvement)/kaizen) sehingga stakeholders, baik internal
maupun eksternal memperoleh kepuasan.