Lebaran” merupakan salah satu istilah yang paling popular di masyarakat Indonesia,saking populernya ,ampe masyarakat Malaysia, Singapura dan Brunei sudah mulai menggunakannya khususnya umat Muslim. Meski saya belum pernah ke Negara tetangga tersebut tapi kan ada sebuah kata bijak tuh “Dengan media kita tahu Dunia”So ,gx percoyo yowes.hwehe
Kalian tahu tidak kalau berdasarkan kajian linguistik (ilmu bahasa), ternyata tidak ada keterangan dan rujukan yang baku untuk menjelaskan arti kata “Lebaran”. Namun kenyataannya istilah “lebaran” diterima sebagai ungkapan khusus yang ada begitu saja serta hidup di dalam keseharian masyarakat luas.
Sebagian kelompok misalnya orang Jawa beranggapan istilah “lebaran” berasal dari ungkapan bahasa Jawa “wis bar” (sudah selesai), maksudnya sudah selesai menjalankan ibadah puasa.
Selanjutnya kata “lebar” diserap ke dalam Bahasa Indonesia dengan akhiran “an”, sehingga menjadi istilah umum yang kita kenal sekarang yaitu “lebaran”.So, Artinya kurang lebih “perayaan secara bersama setelah selesai menjalankan ibadah puasa”. Dalam perkembangannya, kata “Lebaran” lebih sering digunakan oleh penutur Bahasa Indonesia ketimbang Penutur Bahasa Jawa. Orang Jawa sendiri lebih suka menyebut Lebaran sebagai “Riyadin”, “Riyoyoan”, “Lepatan” (waktunya makan lepat) dan lain sebagainya. Bagi perkataan yang merujuk kepada “Selamat Hari Raya” sendiri biasanya menggunakan istilah “sugeng riyadin” (lebih halus) .
Kalau Betawi (Jakarta). “Lebaran” dalam masyarakat Betawi dianggap berasal dari kata “lebar” yang maknanya “luas” yaitu sebagai gambaran keluasan hati atau kelegaan setelah keberhasilan menuntaskan ibadah selama bulan suci Ramadhan dan kegembiraan dalam menyambut perayaan hari kemenangan dan karena bersilaturahim dengan sanak saudara dan handai taulan.
Sumber http://ceritalily.blogspot.com/2010/09/dari-mana-kata-lebaran.html
Tapi Menurutku anggapan Terminologi sedemikian itu,berlawanan dengan apa yang kutahu,mohon pencerahan jika ada tulisanku yang salah.hwehe
sebab selain kurang mengekspresikan makna idul fitri sendiri juga terdapat makna yang lebih mendalam lagi. Idul Fitri disambut dengan makan-makan dan minum-minum yang tak jarang terkesan diada-adakan oleh sebagian keluarga.
Idul Fitri seharusnya dimaknai sebagai ‘Kepulangan seseorang kepada fitrah asalnya yang suci‘ sebagaimana ia baru saja dilahirkan dari rahim ibu. Secara metafor, kelahiran kembali ini berarti seorang muslim selama sebulan melewati Ramadhan dengan puasa, qiyam, dan segala ragam ibadahnya harus mampu kembali berislam, tanpa benci, iri, dengki, serta bersih dari segala dosa dan kemaksiatan.
Idul Fitri berarti kembali kepada naluri kemanusiaan yang murni, kembali kepada keberagamaan yang lurus, dan kembali dari segala kepentingan duniawi yang tidak Islami, Inilah makna Idul Fitri yang asli.
“Ketika merayakan Idul Fitri setidaknya ada tiga sikap yang harus kitapunyai, yaitu:
1. Rasa penuh harap kepada AllahSWT (Raja’). Harap akan diampuni dosa-dosa yang berlalu. Janji Allah SWT akan ampunan itu sebagai buah dari “kerja keras” sebulan lamanya menahan hawa nafsu dengan berpuasa.
2. Melakukan evaluasi diri pada ibadah puasa yang telah dikerjakan. Apakah puasayang kita lakukan telah sarat dengan makna, atau hanya puasa menahan lapar dan dahaga saja Di siang bulan Ramadhan kitaberpuasa, tetapi hati kita, lidah kita tidak bisa ditahan dari perbuatan atau perkataari yang menyakitkan orang lain. Kita harus terhindar dari sabda Nabi SAW yang mengatakan banyakorangyang hanya sekedar berpuasa saja: “Banyak sekali orang yang berpuasa, yang hanya puasanya sekedar menahan lapar dan dahaga“.
3. Mempertahankan nilai kesucian yang baru saja diraih. Tidak kehilangan semangat dalam ibadah karena lewatnya bulan Ramadhan, karena predikat taqwa sehantsnya berkelanjutan hingga akhir hayat. Firman Allah SWT: “Hai orang yang beriman, bertagwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya dan janganlah sekali-kati kamu mati melainkan dalam keadaan ber-agama Islam ” (QS. Ali Imran: 102).”
Sumber : Lembar Risalah An-Natijah No. 39/Thn. XIII - 26 September 2008
Seperti kita ketahui bahwa ketika mau merayakan ataupun sedang berlangsungnya hari raya Iedul fitri banyak tradisi yang mngkin gx akan bisa di hilangkan
Yang pertama ketika menjelang idul fitri
Banyak diantara kita yang sebagian besar melakukan aktifitas di luar kebiasaan ,diantaranya pulang kampong atau lebih popular dengan sebutan mudik,Khususnya buat orang yang hidup di perantauan misalnya pekerja atau pelajar....Eman-eman (bahasa jawa ) kalok tradisi tersebut di gunakan untuk pamer kesuksesan smisal kendaraan ataupun harta. karna hakikat mudik harus kita hayati sepenuhnya bahwa ia adalah sarana kita untuk silaturahmi, yaitu menyambung hubungan kekerabatan secara umum, dan secara khusus ajang berbakti kepada orang tua, sehingga momentum lebaran dan mudik hendaknya kita niatkan sejak awal sebagai agenda birrul walidain dan silaturahmi kerabat yang efektif. Dengan niatan ini, insyaAllah terbuka seluruh jandi kebaikan yang diisyaratkan Rasulullah SAW :
“Barang siapa yang suka dilapangkan rizkinya dan diakhiekan ajalnya, maka sambunglah silaturahim.”(HR Tirmidzi dan Ahmad).
Upz,,,,Coba kalok kalian gx kemana2, mungkin cepet meninggal :D.
Nah kemudian ucapan maaf berkeliaran dimana-mana melalui BBM ,SMS, FB dan media laennya, hayo ngaku loeh,,,ckckkc aqu sempat heran juga sih ama temen-temenku belum takbiran serta solat ied tp sudah tebar pesona kata lebay, dan kira-kira udah minta maaf ama orang yang berjasa baginya belum yak?semisal ortu serta sodara-sodaranya, padahal beliau-beliau itu yang patut di dahulukan.Mari kita intropeksi.
Selanjutnya ketika hari pertama idul fitri
Banyak dari kalangan kita yang berbondong-bondong melaksanakan solat Idul fitri bagai sekumpulan prajurit perang,hehe, sempat terpikir di benakku ,,”kira-kira kapan masjid solat lima waktu bias seperti ini,,karna kan kata KH .Anwar Zahid”Yahudi dan Nasrani akan takut pada Muslim kalau jamaah Subuhnya menyamai jamaah solat idnya.”Kemudin Setiap lebaran ungkapan maaf lahir batin diobral dimana-mana. Sungguh ini adalah sesuatu yang indah berkesan jika dilakukan dengan sepenuh keyakinan akan hina dan kesalahan diri. aqu bersyukur di daerahku masih ada tradisi keliling desa bertamu kepada sanak sodara dan orang yang kita kenal hampir setiap teman berjumpa semua.berbeda dengan daerah yang ku tinggali saat ini ,tidak ada tradisi tersebut,jadi lebaran pertama hampa terasa,tp Alhamdulillah masih bias mengucap maaf melalui media Hp..
meski ku sadari bahwa kegiatan maaf-maafan tidak di ajarkan rasulullah serta dalil dari Allah pun tidak ada yang menengaskan karna Karena, saat Idul fitri, Rasul Saw dan para sahabat “hanya” saling mendoakan dengan upacan “taqabbalallahu minna wa minkum” Beberapa sahabat menambahkan ucapan shiyamana wa shiyamakum -
Islam memerintahkan minta maaf kapan saja begitu berbuat kesalahan. Islam tidak memerintahkan umatnya bermaaf-maafan dalam waktu tertentu. Islam tidak menetapkan waktu tertentu untuk bermaafan, termasuk tidak menetapkan lebaran sebagai waktunya saling bermaafan. Tapi menghilangkan kebiasaan berucap maaf pada hari Idul Fitri gak akan bisa, seolah sudah menjadi kewajiban .
Nah sekarang apa sesungguhnya niatan yang bisa kita munculkan dalam mentradisikan hal ini ?
Salah satunya keinginan diri untuk bersih dari dosa secara sempurna. Untuk mengoptimalkan kesucian diri kita harus meminta keridhoan orang-orang disekitar kita. Karena dosa kepada manusia menjadi tidak terampuni tanpa keridhoan orang yang kita zhalimi.
Nah tradisi selanjutnya yang saya amati yaitu membeli pakaian baru terkadang melengkapi dengan membeli sandal, tas,semua serba baru,bahkan pacar pun baru,hwehe.
Baju baru dipakai untuk tampil terbaik di hari raya, agar indah saat menjalankan sholat ied, agar rapi saat bersilaturahmi, bukan karena sombong dan pamer diri, tapi mengagungkan syiar lebaran sebagai hari kegembiraan. Tampil baik di hari raya adalah sunnah yang dianjurkan dan dijalankan Rosulullah SAW. Dari Al-Hasan As-Sabt ra, ia berkata : Rasulullah SAW memerintahkan pada dua hari raya, agar kami memakai pakaian yang terbaik yang kami punya, dan memakai wewangian yang terbaik yang kami punya, dan juga untuk berkurban dengan harga paling tinggi yang kami mampu” (HR Ibnu Hakim).
Dengan demikian baju lebaran adalah yang paling pantas untuk sholat dan silaturahmi. Bukan baju-baju yang gaul atau mengumbar aurat, yang tidak bisa dipakai untuk sholat idul fitri.
Cukup sekian,Mudah-mudahan bermanfaat khususnya buat saya dan umumnya buat pembaca